Kamis, 14 April 2011

nekat nya anak anak SMP :)

saat pulang sekolah gue sama anak anak yang lain biasa jajan dulu diluar sekolah. nah pas lagi jajan salah satu temen gue yaitu annisa ngajak kita jalan jalan kemana gitu tanpa membawa uang yang banyak, ga bawa handphone dan ga ada yang pulang kerumah dulu. jadi kita langsung berangkat dan memberitahu orang tua nya nanti kalau kita semua sudah sampai tujuan.akhir nya kami memutuskan untuk pergi ke kota tua dengan naik busway. tadi nya niat kami hanya ingin foto-fot dan setelah sampai ke sana kami langsung museum mandiri


setelah puas jalan jalan di museum kami pun melanjut kan perjalanan. niat nya kami hanya jalan jalan di kota tua, setelah jajan cilok dan es potong, kami mampir sebentar ke museum fatahillah . tapi sayang nya museum nya sudah tutup karena sudah sore.

karena hari semakin sore, kami tadi nya berniat untuk langsung pulang. tetapi si annisa ingin sekali memotret sunset. tiba tiba si annisa menyaran kan untuk pergi ke ancol dan memotret sunset. dengan serentak gue resta dian puri dan dila setuju dengan ajakan annisa. tanpa berpikir panjang kami semua langsung pergi kesana naik busway. jalan ke ancol itu banyak sekali halangan nya. sesampai nya di halte busway rute yang menuju ke ancol ternyata busway nya sedang mengisi bahan bakar, dan diperkirakan busway nya tidak akan beroperasi lagi. kami semua sudah mulai capek, malas, kesel, dan rasa lapar sudah berbunyi di perut kami semua. untung nya pada saat kami ngantri ingin naik busway, ada seorang ibu ibu disebelah gue ngasih tau rute ke ancol lewat halte senin. dan akhir nya kami mengikuti anjuran dari ibu ibu tersebut. dan ternyata yang ibu ibu kasih tau itu benar, dan akhir nya pada jam 17.30 kami sampai di ancol. dengan sangat gembira dan tidak menyangka bisa ke ancol. ini sungguh sungguh tidak direncanakan. dan kami lupa, diantara kami semua tidak ada yang membawa uang banyak. tetapi untung nya si puri menyimpan uang teman nya dan dengan terpaksa kami semua meminjam uang teman nya puri itu. dan akhir nya kami sampai di pantai ancol :) dengan sangat gembira nya kami langsung bermain dipantai dan foto foto sambil menunggu sunset.

tidak lama kemudian sunset yang kami tunggu tunggu pun adaaaa. kami semua sangat senang bisa memotret sunset bareng teman teman dan dengan keadaan yang sangat sederhana. tidak membawa handphone, tidak membawa uang banyak, dan tidak direncanakan.

kami pun foto foto


tidak terasa hari sudah gelap dan kami harus segera pulang. karena takut orang tua kami khawatir.

dan kami pun pulang dengan hati yang sangat senang dan capek sekali

Kamis, 31 Maret 2011

pas foto YB 9a :)
(19 Maret 2011)



ini foto Dezni Reasista yang engga sengaja difoto



9 Affection :D


ternyata anak anak 9a itu asik, kompak, baik, walaupun ada beberapa yang aneh aneh tapi tetep enak kok. 9Affection :*

Sabtu, 26 Maret 2011

ga jelas

mau bagi pengalaman sedikit :)
awal nya gue sabar banget, walaupun gue tau itu ga akan mungkin terjadi. tapi ga tau kenapa gue tetep sabar dan nunggu. padahal bisa dibilang sering gue ngerasain sakit hati. ga tau karna apa, gue masih bisa sabar. sampe ada yang ngerjain lah gue tetep sabar, dan tetep nerima kenyataan yang terjadi. tapi mulai hari ini ga tau kenapa gue udah males sabar, nahan sakit hati, dan males nunggu yang ga pasti nanti nya. entah ada faktor apa. perasaan itu emang aneh ya, yang tadi nya sabar, eh tiba tiba langsung males gitu. ga ada angin, ga ada apa apa juga. aneh sendiri masa gue.
tapi mungkin ini ada suatu pertanda kali. gue harus bisa terima apapun kenyataan nya. mau yang menyenangkan ataupun menyedihkan. gue harus jadi orang yang bisa terima kenyataan. :)
berjuang, vivi pasti bisa :D

Kamis, 10 Maret 2011

ngumpul bareng

akhir akhir ini gue sering ngumpul sama anak anak. awal nya cuma gara gara menghias kelas. lama lama kita jadi sering main dan curhat curhat gitu. pas hari kamis anak anak punya ide buat ngerekam kelas. itu tu niat nya cuma iseng doang dan untuk mengisi waktu luang. sehabis menghias kelas kammi langsung mulai merekam, mungkin sekitar jam 5 lewat lah. hari itu hari kamis, kami tidak sadar kalo itu hari kamis. tapi untung nya kami tidak melihat hal hal yang terlalu seram. kami hanya mendapatkan satu rekaman yang bisa dibilang seram. tapi jangan takut, dia tidak akan mengganggu selagi kita tidak mengganggu nya. seiring dengan peristiwa itu keesokan hari nya kami berkumpul lagi dan berniat merekam lagi. tapi hari itu tidak terlihat sama sekali. haari berikut nya kami ngumpul lagi sambil curhat sedikit dan n=mengerjakan tugas seni rupa yaitu karya bebas. setelah selesai kami membuka cerpen di internet yang tentang 'Samuel' deh pokok nya (lupa judul nya gue). nah pas disitu salah satu temen gue ada yang hampir nangis, dan muka nya itu merah banget. bisa dibayangin kan kalo anak cowo nangis di depan cewe? haha kita dikeadaan yang terharu, sedih, langsung tertawa sejenak melihat muka nya. tapi memang cerita itu wajar untuk ditangisi, karna makna nya sangat dalam. sekilas tentang kegiatan main gue :)
kalo ngumpul ngumpul itu bukan untuk curhat tentang pacar, nongkrong ga jelas, tapi ngumpul bareng sama temen itu bisa dapet pelajaran juga dan bisa saling nasehatin juga.
beruntung lah bagi kita yang mempunyai teman.

Selasa, 08 Maret 2011

Kunji jawaban Matematika

informasi sedikit mengenain kunci jawaban Matematika TUKPD - 2


No Kunci
1 A
2 D
3 B
4 D
5 A
6 B
7 B
8 B
9 A
10 C
11 A
12 D
13 B
14 D
15 C
16 C
17 D
18 C
19 B
20 D
21 B
22 B
23 A
24 C
25 C
26 B
27 C
28 A
29 B
30 D
31 B
32 D
33 B
34 B
35 C
36 C
37 B
38 C
39 B
40 B
41 D
42 A
43 D
44 D
45 B
46 B
47 A
48 A
49 B
50 B

Jumat, 25 Februari 2011

pahlawan pendidikan perempuan saat zaman Belanda

Riwayat (biodata) tokoh Pendidikan kaum perempuan



Dewi Sartika (Bandung, 4 Desember 1884 - Tasikmalaya, 11 September 1947), tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966.

Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanagara. Meski melanggar adat saat itu, orang tuanya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika, ke sekolah Belanda pula. Sepeninggal ayahnya, Dewi Sartika dirawat oleh pamannya (kakak ibunya) yang berkedudukan sebagai patih di Cicalengka. Dari pamannya, beliau mendapatkan didikan mengenai kesundaan, sedangkan wawasan kebudayaan Barat diperolehnya dari berkat didikan seorang nyonya
Asisten Residen bangsa Belanda.

Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, beliau sering memperagakan praktik di sekolah, mengajari baca-tulis, dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar.

Waktu itu Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh tahun, ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu kepatihan. Gempar, karena di waktu itu belum banyak anak-anak (apalagi anak rakyat jelata) memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan.

Ketika sudah mulai remaja, Dewi Sartika kembali ke ibunya di Bandung. Jiwanya yang semakin dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, pamannya sendiri, yang memang memiliki keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang sama dimiliki oleh pamannya, tidak menjadikannya serta merta dapat mewujudkan cita-citanya. Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir. Namu karena kegigihan semangatnya yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.

Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seseorang yang memiliki visi dan cita-cita yang sama, guru di Sekolah Karang Pamulang, yang pada waktu itu merupakan Sekolah Latihan Guru. Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, dan sebagainya, menjadi materi pelajaran saat itu.

Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A. Martenagara, pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang; Dewi Sartika dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo kabupaten Bandung.

Setahun kemudian, 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga kemudian pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi baru ini dibeli Dewi Sartika dengan uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi dari Bupati Bandung. Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, membuktikan kepada bangsa kita bahwa perempuan memiliki kemampuan yang tak ada bedanya dengan laki-laki. Tahun 1910, menggunakan hartanya pribadi, sekolahnya diperbaiki lagi sehingga bisa lebih memenuhi syarat kelengkapan sekolah formal.

Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun 1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakola Kautamaan Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh. Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang berdiri di kota kewedanaan.


Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama menjadi "Sakola Raden Déwi". Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.


Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Bandung.

Sabtu, 19 Februari 2011

doraemon

Me: Vivi Setyaningsih 9a :)

my friends 8C (lab ipa )

By :
Free Blog Templates